Rabu, 27 Februari 2013

Al-Lahab oleh Ust. Bachtiar Nasir





Al-Lahab

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ ﴿١﴾ مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ ﴿٢﴾سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ ﴿٣﴾ وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ ﴿٤﴾ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ ﴿٥

Artinya:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. Tidak berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu juga) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut.

Surat Al-Lahab dinamakan juga surat Al-Masad. Kata Al-Lahab diambil dari ayat pertama surat ini dan kata Al-Masad diambil dari ayat terakhir. Dalam mushaf, surat ini terdapat pada urutan ke 111 tapi secara nuzulnya Al-Lahab merupakan surat ke-6 yang diturunkan ke muka bumi. Berarti surat ini merupakan surat Makiyyah, surat yang diturunkan di kota Mekkah.

Dinamakan Al-Lahab karena arti dari kata ini adalah api yang bergejolak. Sedangkan kata Al-Masad artinya tali yang terbuat dari serat/kulit/sejenisnya yang dipintal sangat kuat yang biasanya digunakan untuk mengikat. Tapi dalam konteks ini mengikat dalam arti menjerat. Tali ini adalah simbol dari jerat-jerat yang Abu Lahab dan istrinya buat untuk mengganggu dakwahnya Rasulullah. Tali ini juga yang nantinya akan menyeret istri Abu Lahab, Ummu Jamil, ke dalam api yang bergejolak, sebagai tambahan siksa atas apa yang ia lakukan terhadap Rasulullah.

Sifat surat ini adalah I’jaz, yaitu surat yang bermuatan informasi tentang masa depan. Surat ini turun sebagai balasan bagi Abu Lahab dan istrinya yang telah sangat membenci keponakannya sendiri. Padahal ia termasuk orang yang paling berbahagia ketika lahirnya Rasul ke dunia sehingga pahala atas kebahagiaannya. Tapi ketika menginjak kepada tauhid, ia malah berbalik menjadi orang yang paling memusuhi Rasul. Semua karena kesombongan dan keangkuhan hati.

Jika ada yang bertanya kenapa surat Al-Lahab ini disandingkan dengan surat An- Nasr dalam mushaf? Padahal jarak turun kedua surat ini sangatlah berjauhan. Para mufasir mengatakan, analisanya: walau nabi Muhammad SAW tidak bersenjata hebat untuk berperang tapi tetap akan menang, karena pertolongan Allah.

Pelajaran yang bisa kita ambil untuk kekinian dari peristiwa ini adalah sesungguhnya kekuasaan haruslah direbut bukan di minta. Tapi yang akan berkuasa adalah yang Allah tolong dan bukan yang menang. Teori kemenangan yang sering dilupakan oleh pejuang-pejuag Islam dalam perjuangannya masa kini. Oleh karenanya kita umat Islam selalu kalah oleh musuh hingga terpuruk seperti apa yang kita saksikan saat ini.

Toleransi itu bukan berarti tidak berjuang. Jika orang Islam hanya diam atas nama toleransi, ekspresi diri dan main aman, maka misi liberalisme sudah berhasil. Genderang perang yang dikumandangkan secara halus melalui perang pemikiran telah menggerogoti pertahanan tauhid masyarakat di bumi pertiwi dan merasuk dalam dada masyarakat dan para pejuang Islam di Indonesia. Oleh karenanya kita bersifat lembek.

Para ilmuwan menggambarkan bumi ini bagaikan kain kosmis. Suatu hari di akhir nanti kain itu akan ada dalam genggaman Allah dan Allah akan meminta pertanggungjawaban hamba-hambanya akan dunia yang fana ini. Tidak terkecuali seorang Raja, seorang pemimpin, ada dalam genggaman Allah SWT, merekapun akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinan mereka.

Manusia keluar rumahnya hanya dengan dua alasan. Pertama, menjadi orang merdeka terhadap yang haram. Kedua, atas nama karir, menjerumuskan dirinya menjadi pencari yang haram. Semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang demikian.

Dua hal yang ditegaskan oleh ayat ini tentang Abu Lahab adalah bahwa, harta dan karya-karya yang diperjuangkannya adalah sia-sia. Hal penting lainnya tentang surat ini adalah bahwa nama Abu Lahab adalah satu-satunya nama orang yang digunakan sebagai nama surat dalam Al-Qur’an sebagai orang yang Allah murkai karena memusuhi kekasihnya nabi Muhammad SAW.

Sedangkan yang dimaksud dengan kata Imro’atuhu dalam surat ini adalah Ummu Jamil, istrinya. Tapi kata ini bukan menunjukkan istri yang mengikuti jejak suaminya mendosa melainkan wanitanya (kata wanita disini berdiri sendiri). Kenapa tidak disebutkan istrinya? Karena kata wanita disini bersifat independent dimana ia akan membawa dosa sendiri atas perbuatan kejamnya. Ia memiliki andil tersendiri dalam memusuhi Rasulullah.

Seperti dikisahkan bahwa Ummu Jamil biasa mencari kayu-kayu bakar yang digunakannya untuk mengganggu Rasul  ketika Rasul hendak pergi atau pulang dari Mesjid. Tapi Rasul memiliki kebiasaan jika ia pergi melalui jalan satu maka ia akan pulang melalui jalan lainnya sehingga ia tidak terkena jebakan yang dibuat oleh Ummu Jamil.

Semoga pelajaran tentang Abu Lahab ini dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk kita semua. Amin…